BACAGEH, Bandarlampung-- Hari ini, 20 tahun silam. Tepatnya 26 Desember 2004. Indonesia, berduka. Saat itu, sekira pukul 07.58 WIB, bumi Aceh berguncang hebat. Gempa berkekuatan 9,3 skala richter (SR) memicu gelombang tsunami mahadasyat.
Ketinggian gelombang tsunami yang mencapai 30 meter dengan kecepatan 800 km per jam itu pun, meluluhtakkan daratan tanah rencong--sebutan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam, yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia.
Tak sampai 10 menit, kota-kota di pesisir barat Aceh telah dipenuhi reruntuhan bangunan. Mayat-mayat bergelimpangan memenuhi hampir setiap sudut kota.
Museum Tsunami Aceh mencatat korban jiwa yang berhasil ditemukan mencapai lebih dari 132.000 orang dan 37.000 orang dinyatakan hilang.
Sehari setalah peristiwa itu, tepatnya 27 Desember 2004, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan Tsunami Aceh merupakan bencana kemanusiaan terbesar yang pernah melanda Indonesia.
Para ahli mengatakan, tsunami dasyat yang melanda Aceh diperkirakan disebabkan gempa besar di perairan barat Aceh, Nicobar, dan Andaman.
Gempa itu dipicu interaksi antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang berpusat di dasar laut pada kedalaman sekitar 10 meter atau dikategorikan sebagai gempa dangkal. (Sumber Museum Tsunami Aceh dan berbagai sumber lainya)
Berikan Komentar